Setelah 12 Tahun

Hal ini terjadi di pertengahan tahun 2009. Disaat saya harus berangkat ke pulau Sumatera untuk sebuah urusan yang tak bisa di tunda-tunda lagi. Kebetulan sekali, tanggal kepergian saya itu bertepatan dengan long weekend. Hmm..alamat sulit cari tiket nih!

Bepergian dengan bis, sudah jelas tak bisa saya lakukan. Liburan hanya 3 hari dan sangat tidak mungkin kalau melakukan perjalanan darat yang jelas-jelas memakan waktu 3 hari hanya untuk sampai di tempat tujuan. Hmm..cara satu-satunya adalah menggunakan pesawat terbang.

Okey! Pesawat terbang yah!
Pikiran saya lantas kembali ke masa 12 tahun yang lalu. Dimana saat itu kali kedua saya melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat. Tanpa perasaan takut saya berjalan menyusuri lorong pesawat. Duduk di pinggir jendela karena saya memang suka melihat ketinggian dari balik jendela seolah-olah saya dekat dengan gumpalan kapas putih yang bernama awan.

Sampai suatu ketika, cuaca buruk. Goncangan kuat melanda, membuat degup jantung saya berpacu sangat kuat. Orang-orang disebelah berkomat kamit seperti sedang melafalkan beberapa doa yang mungkin baru saja dibacanya saat naik pesawat dan membacanya di buku petunjuk yang telah disediakan.

Hati saya mencelos. Saya jauh dari keluarga, terutama ibu saya. Saya datang kesini untuk berlibur bersama nenek. Saya tak mau berakhir seperti ini. Ini bukan cerita liburan yang saya inginkan untuk dibacakan di depan kelas saat liburan usai nanti. Pramugari cantik berperawakan tinggi langsing memberikan instruksi kepada para penumpang untuk tetap tenang. Jangan melakukan tindakan yang membuat semua orang panik. Hmm…sedikit berteriak dan menangis itu merupakan tindakan panik bukan ya???

Hah..entahlah! Saat itu yang bisa saya lakukan adalah bedoa. Dan hanya berkata sedikit dalam hati “Mah, kalau memang saya tidak bertemu lagi denganmu.. hanya satu yang aku ingin bilang, maaf pohon kamboja merah kesayanganmu aku yang mematahkan. plis, jangan marah yah. Tuhan, tolong maafkan aku yah,” hah.. doa sederhana untuk seorang anak usia 12 tahun.

Tapi bersyukur, pilot pesawat mampu mengatasi keadaan ini. Dan saya tak perlu mengakui perbuatan saya. Hmm..baiklah saya akhirnya mengatakannya kok! (ternyata jujur itu lebih enak loh). Semenjak kejadian itu, saya tak pernah mau melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat lagi. Meskipun itu membawa dampak lamanya perjalanan di darat. Apalagi semakin maraknya pemberitaan tentang kecelakaan pesawat yang terjadi akhir-akhir ini. Meskipun semua kejadian ini memang sudah digariskan oleh Tuhan.

Tapi kali ini, saya mau tak mau harus melakukan perjalanan menggunakan si burung besi. Karena waktu yang saya miliki memang sangat singkat. Huff!!! Baru memesan tiket saja saya sudah deg-degan gak keruan. Apalagi saya tidak mendapatkan tiket pesawat yang logonya mirip dengan lambang dasar negara kita. Alhasil saya mendapatkan tiket pesawat yang tersisa.

Waktunya keberangkatan. Sejak pagi saya sudah berada di bandara Soekarno-Hatta. Tanpa teman, tanpa ada seorangpun yang mengantarkan ataupun mengawal kepergian saya. Tiga gelas cappucinno sudah habis saya minum, tapi tak juga meredakan kegelisahan ini. Novel yang saya bawa guna membunuh rasa sepi ternyata hanya bertahan dihalaman yang sama tanpa sedikit pun berpindah ke halaman selanjutnya.

Hari saya semakin lengkap saat diberitahukan kalau semua penerbangan mengalami keterlambatan karena cuaca buruk. Yak, BAGUS!!! Sampai berapa lama lagi saya harus bertahan disini? Huff! Untung saja saya bertemu dengan sepasang suami istri berusia paruh baya. Hmm..mungkin sekitar 55 tahun. Kebetulan mereka juga naik pesawat yang sama dengan saya.

Jadilah saya bertukar cerita dengan mereka. Bercerita dengan mereka lumayan bikin hati saya tenang. Mereka baru saja mengunjungi keluarga di Jakarta. Dan sekarang harus kembali ke rumah karena sang suami harus mengurus bisnis mereka.

Setelah dua jam berceloteh bersama, akhirnya tibalah waktunya TERBANG! Okey, hati saya sudah agak mendingan dan siap untuk melakukan penerbangan. Tak disangka tak dinyana, saya duduk bersebelahan dengan pasangan suami istri tadi. Waaah..bakalan jadi perjalanan yang menyenangkan nih, pikir saya!

Perlahan-lahan pesawat meninggalkan bandara. Semakin lama semakin kecil dan yang tampak hanya titik-titik hitam di bawah langit seperti yang ada di google map. hehehe.. Saya duduk di pojokan dekat dengan jendela(lagi!).

“Kalau deket mesin yang disayap, biasanya telinga sakit loh dek,” ujar ibu tadi.
Maksudnya? Seperti mengerti kebingungan di raut wajah saya si ibu kembali menjelaskan “iyah, adik kan duduknya dekat dengan sayap biasanya telinganya akan sakit karena tekanan.” Oh, okey.. saya berusaha tenang mencerna penjelasan si ibu ini.

“Biasanya sih, suka ada goncangan dek. Jangan panik yah, kalau ada kretek..kretek.. dikit sih itu biasa. Kalau tiba-tiba turun juga itu biasa. Penerbangan ke Sumtera emang kaya gitu,” si ibu menjelaskan panjang lebar tanpa ada koma.

HAH! kalau ada goncangan itu dibilang biasa?! Maksudnya?! Semua perasaan tenang yang saya coba atur sejak tadi tiba-tiba buyar! Rasa panik kembali menghantui. Tiba-tiba perut ini mual, cappucino yang saya minum pagi tadi seperti nya sudah siap meluncur di tenggorokan dan memuntahkan semuanya di hadapan ibu tadi.

Benar saja, tiba-tiba pesawat yang saya tumpangi mengalami goncangan. Memang tidak sekuat goncangan yang pernah saya alami tapi tetap saja membuat nyali saya menciut mirip curut! Untunglah semuanya bisa teratasi. Si pramugari cantik yang melintasi saya sepertinya melihat ketidak nyamanan saya hingga akhirnya ia menawarkan secangkir minuman hangat untuk menenangkan saya.

Huff!!! Ternyata niat baik si ibu untuk memberikan informasi membawa dampak yang buruk nih. Gak lagi-lagi deh ngobrol sama ibu-ibu sok tau ini. kapoook cui… Bukannya enak nambah temen malah bikin parno sepanjaang perjalanan. Huffff!!!!

Bengkulu, Juli 2009

7 thoughts on “Setelah 12 Tahun

  1. wakaka..tenang ka.. berarti lu orang paling jujur… logikanya semakin idung mancung kedalem, semakin jujur tuh orang, soalnya kebalikan pinokio yang berhidung panjang karena suka boong 😀

  2. Benr2! Sya aja pgen pnya hidung mancng dan kecl,
    saya aja sering d ejek
    teman dg sebutn hidung badut.
    Tapi syukurin aja apa yg TUHAN ksih sama kita…
    Yang penting cantik.

Leave a reply to cupofcappucino Cancel reply