Benang Kenangan

Benang-benang kenangan, seperti mimpi, berusaha memintal diri menjadi sebuah cerita. Tapi, seperti halnya mimpi, semakin keras ia berpikir dan berusaha mengingatnya, maka untaiannya pun terjurai, seperti sarang laba-laba. Meregang, putus, lalu lenyap.

Kalau Rindu Mau Bilang Apa?

28 Juni 2013

Ini adalah tahun kedua saya gantung pena serta kamera sebagai pewarta. Tidak ada yang spesial memang. Tapi terkadang ada hal-hal rutin yang saya rindukan. Seperti halnya tiap kali menyambut puasa. Ya, persis seperti minggu-minggu ini.

Dulu, awal puasa saya sudah punya setumpuk jadwal yang padat merayap lajunya. Sejak hari pertama saja, undangan sudah duduk manis di atas meja kerja saya. Belum lagi yang melalui telepon ataupun email. Tak sedikit yang saya tolak karena saya sudah keburu umbar janji dengan pihak lain.

Atau biasanya saya akan berbagi tugas dengan rekan saya. Tapi kalau lokasinya cukup jauh untuk dijangkau, biasanya memang saya menolak untuk meliput. Bukan sok jual mahal. Masalahnya, hampir semua orang yang mengundang menggunakan materi yang sama.

Jadi begini, biasanya tiap hotel, resto atau produk akan menyelenggarakan sebuah festival menyambut Ramadhan. Festival kuliner yang setiap tahunnya selalu sama. Timur Tengah.

Sudah dapat dipastikan kalau hidangan yang disajikan ya mirip-mirip. Meskipun terkadang ada juga yang mengambil tema Meksiko ataupun mengusung tema Pasar Rakyat. Awal-awal sih seru. Tapi kalau hampir tiap hari diundang ke sebuah acara yang bertema sama, lama kelamaan saya bosan juga. Malah cenderung ndak nafsu dengan hidangannya. Apalagi kalau lidah ini sudah mencicipi masakan, yang membuat priring saya tak pernah kosong semenit pun, alias enak di awal bulan Ramadhan. Itu bahaya! Karena biasanya tolak ukur lidah tanpa sadar akan membandingkan dengan hidangan tersebut. Dan biasanya hidangan di tempat lain jadi sangat biasa saja.

Kini, setelah dua tahun absen. Saya kangen. Boleh kan saya kangen? Tahun lalu, seorang kawan PR saya di sebuah hotel ternama masih tetap mengundang saya untuk melakukan jamuan berbuka. Tentunya di luar jadwal undangan media. Entahlah tahun ini. Terakhir kali saya bertegur sapa dengannya, saya tahu kalau dia sedang membenahi urusan hotel yang ada di Singapura dan Brazil.

Hmm..saya jadi rindu masakan Libanon. Rindu manisnya baklava yang terlampau jumawa. Rindu asam segarnya Lassi mangga dari India yang pernah saya cicipi di salah satu hotel bintang lima di Sudirman sana. Kangen kebangetan dengan sop buntut di salah satu sudut resto hotel yang ada di bilangan Kuningan. Yang selalu jadi pelarian ketika saya bosan mencicipi masakan Timur Tengah.

Rindu ikutan menari tarian sufi. Tarian dimana saya harus berputar.. berputar.. dan terus berputar dengan menggunakan rok kebesaran. Dan yang pasti saya rindu kawan-kawan saya. Kawan-kawan suka dan duka dalam mencari berita. Kawan bercerita di sela-sela tugas yang membabi buta. Kawan berkeluh sambil menikmati satu scope es krim di pinggir kolam di lantai lima apartmen di bilangan Thamrin sana.

Ah.. intinya saya rindu. Bukan pada apa yang pernah saya dapat tapi dengan siapa saya pernah menghabiskan banyak cerita.