Setapak Sriwedari

Hujan di awal Juni ini syahdu rasanya. Mengalun pelan, tidak tergesa, membuai dengan lembut pipi yang kemerahan menahan dingin udara.

Ditambah senandung merdu suara Angga, vokalis Maliq and d’essenstials dengan tembang terbarunya, Setapak Sriwedari.

Membuat saya melagukan senyum, menyunggingkan nada, serupa pelangi di pagi hari.

Selamat menikmati lagu ini dengan hati yang selalu tersenyum dan pelangi yang siap mewarnai hari.

Ini laguku, apa lagumu?

Surat Balasan

Malam perlahan beranjak pergi, meski mentari pagi belum juga sempurna menyemburkan warnanya. Suara kokok ayam tergantikan dengan alunan sangar suara Jared Leto, vokalis 30 Seconds to Mars yang memang kugandrungi sejak dulu. Biasanya sih, bukan mata yang langsung terbuka justru mulutku meracau melafalkan liriknya. Tentu saja dengan suara setengah serak yang lebih mirip banci kaleng ketimbang merdu suara orang berdendang.

Sudah dua kali putaran lagu berkumandang, barulah aku sadar betul betul. Aku hanya bilang aku sadar. Bukan bangun dan menggerakkan tubuh sekedar olah raga alakadarnya. Kuraih telepon genggamku yang  masih asyik melantunkan ‘Closer to Edge’ dengan lantangnya.

Dismiss

Alarm sudah dimatikan, dan aku berusaha mengumpulkan seluruh nyawa yang masih bermain di awang-awang enggan sekali berkumpul bersama. Kedap kedip merah di sudut kanan atas telepon genggamku menandakan ada sebuah pesan yang kuterima.

Beberapa pesan singkat dari Allen, makian panjang karena kutinggalkan ia tanpa pamit untuk tidur semalam. Dan beberapa pesan dari Ayah, sekedar mengingatkanku untuk tak lupa makan dan segera mengirimkan foto calon menantu yang sudah didambakannya. Haha.. Ada-ada saja pikirku!

Lima buah surat elektronik dari rekan kantorku enggan kubuka segera. Aku tak ingin merusak pagi manisku plus ritual peregangan dengan memutar otak menjawab segala hal berbau urusan pekerjaan. Aku hanya ingin menikmati beberapa detik ‘me time’ dengan membangun sebuah bayangan manis untuk kejadian seharian kedepan. Aku aneh? Memang! Buatku, ini penting karena dengan begini membuatku selalu berpikir positif atas apa yang terjadi nanti. Ya, setidaknya aku berusaha untuk selalu positif memandang segala hal. Hehe..

Sampai aku menemukan sebuah surat di kotak postman pat-ku.  Surat dari alamat yang sudah tidak asing untukku. Kubaca perlahan, kutelusuri setiap kata-kata yang terangkai manis untukku. Ini seperti bukan ia yang mengirimkannya. Aku terlonjak dan rasanya ingin salto saja. *andaikan aku lupa kalau kamarku terlalu mungil bahkan untuk menari-nari kecil*

Tak perlu menunggu waktu lama untuk mengetikkan surat balasan. Aku tak mau peduli dengan detak jarum jam yang sudah mulai menghantuiku saat ini. Sedikit tergesa kuketikkan balasan untuk ia, sahabat jemariku:

Untukmu, Sahabat Ruang Mayaku…

Kamu tahu, aku ingin salto dua kali rasanya mendapatkan surat darimu. Kau benar-benar pengumpul nyawaku yang paling jitu! Bahkan Jared Leto, si tampan itu saja tidak bisa membuatku memanggil satu-satu nyawa yang tengah asyik bermain hingga fajar kadang sudah mulai beranjak siang.

Jemariku masih asik beradu, ketak ketuk ketak ketuk tiada henti sambil sesekali merajut senyum di bibirku yang mungkin masih berbingkai kerak hasil tidur semalam.

Aku tidak pernah menyangka, kau akan mengabulkan semua pintaku. Bahkan untuk membuatkan ku sebuah lagu yang katamu “Ah, malas dan sangat tidak mungkin, Nona!” kala itu. Menurutmu, aku harus membuatmu jatuh cinta lebih dulu sebelum kau membuatkanku lagu. Yang tentunya itu mustahil aku lakukan, karena aku tahu kau tengah dilanda badai patah hati yang teramat dahsyat, dan sepertinya sulit untuk disembuhkan dalam waktu dekat. Hihihi…

Hah! Bayanganku tetiba kembali kemasa dimana kami pertama kali berkenalan. Hanya karena ruang maya dihadapanku, kini aku jadi sahabatnya. Berbagi cerita manis, sedih, dan lucu dalam keseharian. Kisah patah hati ia pun jadi menarik dibawakan karena aku selalu mem-bully dia yang pada akhirnya kami bisa tertawakan semuanya.

Hmm..omong-omong, apakah aku harus salto untuk yang ketiga kalinya untuk pujianmu tentang aku? Hihi..sepertinya kaki-kaki mungilku sudah tidak menapak lantai kamar. Dan kepala ku kian besar membaca deret puji yang kau rangkai di surat ini. Terima kasih. Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi selain kata itu.

O ya, aku sudah mendengarkan lagu darimu. Aaaaaaak! Aku menyukainya! Lirik yang kau berikan manis, kau memang sahabat ‘smash’ku alias you know me so well! Very well malah. Haha.. *sudahlah terima saja kalau kau smash mania* Dan aku tidak memintamu mengubah diri menjadi Adam Levine hanya untuk menyaingi seorang Rangga yang kukatakan Kang Mas Bruno. Aku menerimamu apapun kamu!

Hehe, aku sudah bisa bayangkan pasti bibirnya beringsut ketika kukatakan ia Smash Mania. Ia tak pernah suka dikatakan demikian dan aku paling suka menggodanya seperti itu.

Sekali lagi, aku berterima kasih untukmu yang sudah menyediakan hati yang sedemikian luas dan telinga yang senantiasa mendengar semua keluhku kapanpun aku membutuhkan. Dan merangkumnya menjadi sebuah lagu sederhana namun manis adanya. Ternyata waktu tidak menjamin persahabatan itu bernilai atau tidak. Tapi satu hal yang kutahu pasti, kau selalu ada untukku pun aku untukmu. Akan kusediakan hati yang tak kalah luasnya denganmu dan telinga yang mungkin tidak hanya bisa jadi cantelan panci tapi juga dandang besar agar kau tahu aku bersedia mendengarkan semua ceritamu, mulai dari yang remeh temeh seperti cerita warna kolormu hingga masalah besarmu seperti perdebatan dengan Ibumu. Hehe..

Baiklah, aku tak mau mengganggumu dengan cericauku lebih lama lagi. Aku sudah terlambat! Kopaja butut itu pasti sudah menungguku di pangkalan depan. Sampai bertemu di layar mungil, sahabat ibu jari!

Ps: umm..lain kali boleh aku saja yang nyanyi? Umm..suaramu itu bikin laguku jadi galau. Hihihi.. *piss!

Aku pun mengakhirinya. Tanpa terasa sebulir kristal bening membelai pipiku, hangat. Haru membaca surat yang dibuatnya. Tapi jadi terkikik geli kalau kudengar lagi suaranya menyanyikan lagu itu. Lagu manis namun jadi galau ketika ia yang membawakan. Haha… kuyakin dia makin bersungut membaca komentarku ini!

Dan kau dapatkan sepenggal kisah yang mengajarkan banyak hal
Begitu mudah semua berubah, tapi terkadang tidak kita harapkan
Pengalaman membuatmu dewasa, memberikan duka, membilurkan luka, menguatkan kita…
Sekarang hidup tak lagi mudah seperti saat muda dulu..
Pengalaman memaksamu dewasa…
Bila hidup memang berputar adanya, kau akan kembali menari dalam pelukan hujan
Bahkan purnama takkan mengganggumu
Tenanglah tenang, dia pasti kan datang..
Sang senja yang menghantarkanmu petang..

 

Note: Cerita ini merupakan balasan dari postingan ‘Hadiah Ulang Tahun Untukmu‘, dimana kisahnya hanya fiktif belaka 🙂

Hadiah Ulang Tahun Untukmu

From : joshua_guitar@ymail.com
To: anakberuang@rocketmail.com
Subject : Happy..happy..happy.. for youuuu…

Hi there…

Aku tahu, malam sudah terlalu larut dan kuyakin kamu sudah mendekap erat si Gerry -boneka bututmu yang selalu saja kamu banggakan-dan entah sudah melayang ke lapis mimpi keberapa. Aku tidak ingin dan tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin mengirimkan lagu ini semoga kamu senang mendengarnya.

Aku masih ingat saat kamu iseng merengek meminta kado spesial di hari ulang tahunmu, meskipun kamu mengatakan hanya bercanda tapi kali ini permintaanmu kutanggapi serius. Karena aku pun ingin memberikanmu sesuatu.

Aku tahu, aku bukan Rangga- pujaan hatimu- yang punya suara merdu dengan wajah mirip dengan kang Mas Bruno. Tapi aku membuat dan merekam ini semua dengan tulus.

Aku senang mengenalmu. Kamu unik dengan caramu dan kamu datang dengan seribu cerita; sedih, senang, riang, ragu, gembira, haru, marah, dan luka. Dengan kamu, aku gak perlu takut untuk jadi diri sendiri dan tak perlu takut mengungkapkan rasa.

Terima kasih untuk kepercayaan yang kamu berikan dan memilih gak trauma dengan aku, yang katamu namaku itu mengandung separuh cerita hidupmu, hehehe. Kamu dan sepenggal kisahmu setiap harinya memang memberikan warna dan arti tersendiri untukku. Kamu mengajari banyak hal (meskipun kamu gak pernah sadar itu).

Kamu, sahabatku, sahabat ruang maya yang mengisi hari-hariku. Aku tulus bersahabat denganmu, pun kamu tulus menyambut uluran tanganku dengan label sahabat ruang maya. Pesanku satu di hari jadimu, jangan lupa untuk tersenyum setiap hari ya.. Aku tahu, mungkin aku belum menjadi sahabat terbaik setiap harinya. Tapi semoga sepenggal lagu -yang menurut aku kamu banget- ini bisa mewakili aku dan membuatmu menyunggingkan senyum serta tak lupa jadi pelangi tidak hanya buatku tapi juga orang-orang yang ada di sekitarmu.

Sekali lagi, selamat ulang tahun ya Anak Beruang.. 🙂

Truly yours,

Joshua

*sent, klik*
Semoga si anak beruang gak salto setelah terima email ini. Ku matikan laptop, dan mulai merebahkan diri sambil sesekali membayangkan apa reaksi anak beruang mendapati email ini. Purnama masih asyik beradu di kelamnya malam dan bintang pun sesekali mampir menemani dirinya.Kelopak mataku sudah terlalu berat untuk bisa bertahan. Dan aku pun terlelap dengan sejuta mimpi manis malam ini.

 

Ps: lagu tersebut bisa didengarkan dengan cara klik disini!

Kukis si Hidung Pesek

Pagi tadi dalam perjalanan menuju tempat mengais rupiah, saya bertemu dengan seorang anak kecil yang usianya mungkin sekitar 5 tahun. Anak ini lucu sekali dan cukup pintar menurut saya. Ia terus saja berceloteh riang, meskipun si ibu tampaknya sudah bosan menganggapi segala pertanyaan polosnya.

Pipinya gembil hampir saja saya tergoda untuk mencubitnya dan untung saja saya tidak lakukan. Saya terus menatap dan memperhatikan setiap gerak geriknya. Uuuhh.. benar-benar menggemaskan. Saat dia sadar saya tengah menatapnya dia tak lantas malu-malu seperti kebanyakan anak kecil lakukan.

Justru dia malah semakin menunjukkan sikap bersahabat, saya suka! Sambil asyik berkutat dengan ipod mencari-cari lagu yang sreg di hati, tiba-tiba saya sedikit mendengar si kecil ini bernyanyi. “si kukis…si kukis..” Entah apalagi lanjutannya. Semakin lama suaranya semakin terdengar.

Iseng-iseng, ipod saya matikan dan mulai mendengarkan apa yang sedang ia nyanyikan. Dan akhirnya terdengarlah sebuah lagu..
“kukis.. si hidung pesek.. kukis si hidung pesek..,”. What?! Lagu apa ini? gumam saya. Sambil terus menatap wajah anak ini, saya mencoba mendengarkan apa sih yang sebenaranya dia nyanyikan.

Tiba-tiba… saya menatap sebuah keganjilan, tiap kali ia menyebutkan “kukis, hidung pesek” ia selalu menatap saya. Terus berulang dan berulang. “Arrgggggghh..” ada apa dengannya?! Kenapa saat ucapan ‘hidung pesek’ dia harus menatap saya?! Dan tiap kali kata nya berganti dengan yang lain ia menatap ke arah lain dan saat kemabali ke ‘hidung pesek’ ia langsung menatap saya. Hiks..hiks..

Saat dia turun, dia menyempatkan diri menoleh ke arah saya memberikan senyum menampilkan jendela di giginya, sambil mengatakan “kukis si hidung pesek..” saya lantas membalas senyumnya dengan perasaan pasrah. (dasar anak kecil!)

Senin Kembali

Hari minggu telah beralalu, liburan akhir pekan pun telah usai dan akhirnya datanglah hari ini.. Yak, hari SENIN. Hari yang banyak orang benci, hari dimana harus kembali pada kehidupan nyata, hari dimana harus kemabli merangkai perjuangan, hari dimana harus kembali pada kenyataan bahwa ini adalah hari untuk mengawali setiap minggu dan menentukan apakah kau akan mengalami penyiksaan atau kesenangan selama lima hari ke depan.

Tak sedikit orang selalu mengeluh dan meminta “kenapa sih harus ada Senin?” atau ” kenapa sih gak lompat ajah ke Selasa”. Saya tidak pernah menyalahkan mereka yang mengatakan demikian, karena dulu saya pun salah satunya. Karena saya malas ikut upacara waktu sekolah, dan malas harus belajar kalkulus bersama dengan dosen yang selalu marah-marah gak jelas juntrungannya.

Tapi kini, semua telah berubah. Untuk saya hari senin adalah hari untuk memompa semangat! Kalau tak ada hari senin maka hari jumat pun tak akan pernah datang. Padahal saya justru menanti datangnya hari Jumat.

Kalau boleh saya simpulkan, suka atau tidaknya kita dengan hari senin tergantung dengan apa yang terjadi di akhir pekan. Meskipun saya tak ingin akhir pekan saya berakhir, tapi saya realistis harus Kembali ke Senin.. Dan saya tak pernah sabar menanti akhir pekan untuk memulai petualangan baru.. Yak, petualangan menarik yang memberikan warna dalamkehidupan saya.

O ya, ada seorang teman menanyakan mengapa status saya “Beautiful Monday”? Dia menduga bahwa saya baru saja ‘jadian’ dengan seseorang. Walah.. picik sekali orang ini pikir saya. Tolak ukur kebahagiaan saya dinilai sebatas ‘jadian’ dengan seseorang. Padahal jauh lebih dari itu.. Yah, semoga teman saya mendapatkan sesuatu yang baik di hari seninnya.

Belum selesai sampai di sini saja, ‘keindahan senin’ saya ditutup dengan sapaan dari seorang teman jauh yang berada ‘dua jam lebih dua jam’ dari Jakarta (Noet kamu lebih mengerti ini). Yang menemani saya dengan obrolan ringannya seputar ‘tanda pendewasan diri’ alias uban. Hehehe.. teman saya yang unik. Sayup-sayup terdengar lagu Big Yellow Taxi mengiringi obrolan kami, huff.. jadi ingat film Two Weeks Notice nih!! What a beautiful day!

Terima kasih teman, dirimu telah menutup seninku menjadi lebih indah.. Kutunggu kisahmu selanjutnya.. (Accidentaly in Love)