Malam perlahan beranjak pergi, meski mentari pagi belum juga sempurna menyemburkan warnanya. Suara kokok ayam tergantikan dengan alunan sangar suara Jared Leto, vokalis 30 Seconds to Mars yang memang kugandrungi sejak dulu. Biasanya sih, bukan mata yang langsung terbuka justru mulutku meracau melafalkan liriknya. Tentu saja dengan suara setengah serak yang lebih mirip banci kaleng ketimbang merdu suara orang berdendang.
Sudah dua kali putaran lagu berkumandang, barulah aku sadar betul betul. Aku hanya bilang aku sadar. Bukan bangun dan menggerakkan tubuh sekedar olah raga alakadarnya. Kuraih telepon genggamku yang masih asyik melantunkan ‘Closer to Edge’ dengan lantangnya.
Dismiss
Alarm sudah dimatikan, dan aku berusaha mengumpulkan seluruh nyawa yang masih bermain di awang-awang enggan sekali berkumpul bersama. Kedap kedip merah di sudut kanan atas telepon genggamku menandakan ada sebuah pesan yang kuterima.
Beberapa pesan singkat dari Allen, makian panjang karena kutinggalkan ia tanpa pamit untuk tidur semalam. Dan beberapa pesan dari Ayah, sekedar mengingatkanku untuk tak lupa makan dan segera mengirimkan foto calon menantu yang sudah didambakannya. Haha.. Ada-ada saja pikirku!
Lima buah surat elektronik dari rekan kantorku enggan kubuka segera. Aku tak ingin merusak pagi manisku plus ritual peregangan dengan memutar otak menjawab segala hal berbau urusan pekerjaan. Aku hanya ingin menikmati beberapa detik ‘me time’ dengan membangun sebuah bayangan manis untuk kejadian seharian kedepan. Aku aneh? Memang! Buatku, ini penting karena dengan begini membuatku selalu berpikir positif atas apa yang terjadi nanti. Ya, setidaknya aku berusaha untuk selalu positif memandang segala hal. Hehe..
Sampai aku menemukan sebuah surat di kotak postman pat-ku. Surat dari alamat yang sudah tidak asing untukku. Kubaca perlahan, kutelusuri setiap kata-kata yang terangkai manis untukku. Ini seperti bukan ia yang mengirimkannya. Aku terlonjak dan rasanya ingin salto saja. *andaikan aku lupa kalau kamarku terlalu mungil bahkan untuk menari-nari kecil*
Tak perlu menunggu waktu lama untuk mengetikkan surat balasan. Aku tak mau peduli dengan detak jarum jam yang sudah mulai menghantuiku saat ini. Sedikit tergesa kuketikkan balasan untuk ia, sahabat jemariku:
Untukmu, Sahabat Ruang Mayaku…
Kamu tahu, aku ingin salto dua kali rasanya mendapatkan surat darimu. Kau benar-benar pengumpul nyawaku yang paling jitu! Bahkan Jared Leto, si tampan itu saja tidak bisa membuatku memanggil satu-satu nyawa yang tengah asyik bermain hingga fajar kadang sudah mulai beranjak siang.
Jemariku masih asik beradu, ketak ketuk ketak ketuk tiada henti sambil sesekali merajut senyum di bibirku yang mungkin masih berbingkai kerak hasil tidur semalam.
Aku tidak pernah menyangka, kau akan mengabulkan semua pintaku. Bahkan untuk membuatkan ku sebuah lagu yang katamu “Ah, malas dan sangat tidak mungkin, Nona!” kala itu. Menurutmu, aku harus membuatmu jatuh cinta lebih dulu sebelum kau membuatkanku lagu. Yang tentunya itu mustahil aku lakukan, karena aku tahu kau tengah dilanda badai patah hati yang teramat dahsyat, dan sepertinya sulit untuk disembuhkan dalam waktu dekat. Hihihi…
Hah! Bayanganku tetiba kembali kemasa dimana kami pertama kali berkenalan. Hanya karena ruang maya dihadapanku, kini aku jadi sahabatnya. Berbagi cerita manis, sedih, dan lucu dalam keseharian. Kisah patah hati ia pun jadi menarik dibawakan karena aku selalu mem-bully dia yang pada akhirnya kami bisa tertawakan semuanya.
Hmm..omong-omong, apakah aku harus salto untuk yang ketiga kalinya untuk pujianmu tentang aku? Hihi..sepertinya kaki-kaki mungilku sudah tidak menapak lantai kamar. Dan kepala ku kian besar membaca deret puji yang kau rangkai di surat ini. Terima kasih. Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi selain kata itu.
O ya, aku sudah mendengarkan lagu darimu. Aaaaaaak! Aku menyukainya! Lirik yang kau berikan manis, kau memang sahabat ‘smash’ku alias you know me so well! Very well malah. Haha.. *sudahlah terima saja kalau kau smash mania* Dan aku tidak memintamu mengubah diri menjadi Adam Levine hanya untuk menyaingi seorang Rangga yang kukatakan Kang Mas Bruno. Aku menerimamu apapun kamu!
Hehe, aku sudah bisa bayangkan pasti bibirnya beringsut ketika kukatakan ia Smash Mania. Ia tak pernah suka dikatakan demikian dan aku paling suka menggodanya seperti itu.
Sekali lagi, aku berterima kasih untukmu yang sudah menyediakan hati yang sedemikian luas dan telinga yang senantiasa mendengar semua keluhku kapanpun aku membutuhkan. Dan merangkumnya menjadi sebuah lagu sederhana namun manis adanya. Ternyata waktu tidak menjamin persahabatan itu bernilai atau tidak. Tapi satu hal yang kutahu pasti, kau selalu ada untukku pun aku untukmu. Akan kusediakan hati yang tak kalah luasnya denganmu dan telinga yang mungkin tidak hanya bisa jadi cantelan panci tapi juga dandang besar agar kau tahu aku bersedia mendengarkan semua ceritamu, mulai dari yang remeh temeh seperti cerita warna kolormu hingga masalah besarmu seperti perdebatan dengan Ibumu. Hehe..
Baiklah, aku tak mau mengganggumu dengan cericauku lebih lama lagi. Aku sudah terlambat! Kopaja butut itu pasti sudah menungguku di pangkalan depan. Sampai bertemu di layar mungil, sahabat ibu jari!
Ps: umm..lain kali boleh aku saja yang nyanyi? Umm..suaramu itu bikin laguku jadi galau. Hihihi.. *piss!
Aku pun mengakhirinya. Tanpa terasa sebulir kristal bening membelai pipiku, hangat. Haru membaca surat yang dibuatnya. Tapi jadi terkikik geli kalau kudengar lagi suaranya menyanyikan lagu itu. Lagu manis namun jadi galau ketika ia yang membawakan. Haha… kuyakin dia makin bersungut membaca komentarku ini!
Dan kau dapatkan sepenggal kisah yang mengajarkan banyak hal
Begitu mudah semua berubah, tapi terkadang tidak kita harapkan
Pengalaman membuatmu dewasa, memberikan duka, membilurkan luka, menguatkan kita…
Sekarang hidup tak lagi mudah seperti saat muda dulu..
Pengalaman memaksamu dewasa…
Bila hidup memang berputar adanya, kau akan kembali menari dalam pelukan hujan
Bahkan purnama takkan mengganggumu
Tenanglah tenang, dia pasti kan datang..
Sang senja yang menghantarkanmu petang..
Note: Cerita ini merupakan balasan dari postingan ‘Hadiah Ulang Tahun Untukmu‘, dimana kisahnya hanya fiktif belaka 🙂