Orang Ketiga Pertama

Lima tahun sudah aku mengenalnya. Aku sangat menyayanginya, pun ia menyayangiku melebihi apapun. Ada binar cinta di matanya selain ketulusan yang kurasakan saat ia menatap lekat wajahku. Sangat terlihat dari sikapnya yang menunjukkan kasih sayang berjuta-juta. Ia juga selalu bangga saat mengenalkanku kepada kawan-kawannya.

Ia selalu mengatakan kalau aku itu hebat. Senyum selalu terkembang manis di bibir tebalnya , dengan dagu yang sedikit dihiasi bayangan hitam, ketika ia membicarakanku. Aku tahu betul itu.

Setiap akhir pekan tiba, ia dengan senang hati menemani aku berlatih tari. Ia selalu mengabadikan gemulai gerak dan langkahku hingga aku pementasan nanti. Itu janjinya sambil mengecup keningku penuh cinta. Sampai pada suatu ketika, sikapnya berubah tiba-tiba.

Ia tak lagi mudah diajak berbicara seperti dulu. Ia lebih betah berada di kantornya dan menenggelamkan diri dengan pekerjaannya. Setidaknya itu pengakuannya saat kutanyakan kenapa. Katanya, pekerjaannya begitu menumpuk hingga tak bisa menyambangiku sekadar untuk menemani makan malam. Aku tertunduk lesu, nafsu makanku hilang begitu mendapatkan pesan darinya untuk makan malam lebih dulu.

Pementasan tari pertamaku di akhir pekan ini. Ia meminta maaf karena tak bisa menghadirinya karena tugas luar kota yang mendadak. Aku kecewa. Ia telah berubah, tidak lagi menepati janjinya.

Semenjak kejadian itu, hubunganku dengannya merenggang. Telepon bordering hanya sesekali. Aku pun enggan menemuinya, meskipun aku penasaran apa yang membuatnya berubah begitu cepatnya. Tak ada lagi kata-kata sayang yang ia kirimkan sebelum aku berangkat tidur. Aku terluka dan kecewa teramat sangat.

Hingga di suatu Minggu pagi, ia datang. Ia masih tetap mempesona di mataku. Lelaki hebat yang membuatku tak pernah bisa berhenti menyayanginya. Ia mengecup keningku dan mendaratkan pelukan hangat di sela-sela menanyakan kabarku.

“Ada kejutan untukmu, sayang.”

Aku berbinar mendengar kata-katanya barusan. Mungkinkah hubungan kami akan kembali baik seperti dulu? Aku tak sabar menantikan kejutan yang dibawanya. Meski aku tahu tak ada satupun kotak berhiaskan pita manis merah jambu di tangannya saat itu.

Sesaat ia melangkah keluar, dan masuk kembali dengan sebuah ‘kejutan’ yang membuatku membeku, dan seolah membuat langit harapanku runtuh saat itu.

“Disa sayang, ini Tante Arini. Calon mama barumu.”

Seorang wanita cantik berbalut dress warna merah muda datang bersama Ayahku yang sepertinya akan mengisi hari-hariku bersama Ayah tidak lama lagi.

Jakarta, 15 Januari 2013
#13HariNgeblogFF Hari ke-3

4 thoughts on “Orang Ketiga Pertama

Leave a comment